Budayawan Sudjiwo Tedjo mengandaikan diri sebagai Presiden. Hal itu diungkapkan Sudjiwo Tedjo melalui acara 1 Hari, 1000 pesan di TV One yang tayang pada Sabtu (19/4/2020). Dalam program tersebut, Sudjiwo Tedjo awalnya berandai andai jika menjadi seorang presiden.
Terkait hal tersebut, Sudjiwo Tedjo merasa dirinya belum cocok menjadi presiden. Meski demikian, ungkap Sudjiwo Tedjo, jika menjadi presiden maka ia akan bertemu dengan orang orang dari berbagai kelangan. "Aku tidak punya potongan jadi presiden, aku jadi seniman saja," kata Sudjiwo Tedjo awalnya.
"Tapi kalau kalian paksa berandai andai jadi presiden, yang aku tawarkan adalah aku ketemu milenial milenial, aku ketemu orang tua orang tua kayak aku mendalang," sambungnya. Jika menjadi presiden, ia mengaku akan mengajak rakyatnya untuk membangun masa depan Indonesia bersama sama. "Kalau aku di band yang datang milenial, kalau aku mendalang itu dari anak kecil, sampai milenial, sampai kakek kakek."
"Nah aku akan temuin seperti mendalang, aku akan ngomong bahwa yuk kita bikin masa depan Indonesia," ujar dia. Namun dijelaskannya, Sudjiwo Tedjo ingin membangun bangsa dengan satu tujuan yang jelas. "Misalkan kita bikin negeri pariwisata, atau kita bikin negeri ilmu pengetahuan, atau kita bikin negeri wisata tasawuf. Jadi harus satu saja, enggak macam macam," ucap Budayawan kelahiran Jember ini.
Ia lantas mencontohkan,dengan menjadikanmasa depan Indonesia fokus menjadi negara pertanian. "Mau jadi negara pertanian, fokus. Kalau mau jadi negara pertanian oke pertanian. Misalkan Indonesia negara lumbung pangan dunia." "Kita fokus. IPB, ITB, penelitian penelitian ke situ semua," jelasnya.
Menurutnya, Indonesia kini tidak fokus dalam membangun bangsa. "Menurutku kita enggak fokus sekarang, enggak ada ikatan kita mau ke mana. (Seharusnya) yang lain lainnya kembangan, (jika fokus di pertanian) wisatanya wisata pertanian, itu kita kembangin, tapi ada tujuan yang jelas," ungkapnya. "Konsep bangsa di masa depan adalah suatu kerumunan orang di ruang dan waktu tertentu yang diikat oleh tujuan," ucapnya.
Lalu, ia mencontohkan masa kepimpinan Presiden Soekarno yang fokus untuk kemerdekaan bangsa. "Kalau dulu yang dipegang oleh Soekarno adalah suatu kaum yang mengalami penderitaan yang sama dalam kurun waktu tertentu," ujar dia. Sudjiwo menilai, bangsa itu adalah fiksi yang harus dirawat dengan cara adanya kesamaan tujuan dari seluruh warganya.
"Intinya mari ikat sebuah bangsa, bukan suku dia bukan darah kita, karena suku itu konkrit. bangsa itu rekayasa, bangsa itu fiksi." "Karena fiksi maka harus dirawat. Nah itu yang akan mengikat kita, kalau aku jadi Presiden," jelas dia. Sebelumnya, Sudjiwo sempat menyinggung politik dinasti Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Meski mengaku belum tentu bisa menjadi presiden, Sudjiwo Tedjo merasa Jokowi sulit dipercaya. Anak Jokowi, Gibran Rakabuming Raka hingga menantunya, Bobby Nasution diketahui mencalonkan diri pada Pemilihan Daerah 2020. "Sekarang saya cuma bisa ngomong, walaupun saya sendiri yang jadi presiden saya belum tentu bisa melakukan," kata Sudjiwo Tedjo seperti dikutip dari channel YouTube Macan Idealis pada Minggu (16/2/2020).
"Sekarang bagaimana orang bisa percaya Pak Jokowi ketika ngomong nepotisme kalau mantunya maju, Bobby. Gibran di Solo, terus kabarnya ada besannya juga di Sumatera dan di Wonogiri," lanjut Sudjiwo Tedjo. Menurut Sudjiwo Tedjo, keluarga Jokowi memang berhak mencalonkan diri. "Maksudku gini, ada yang namanya bener dan ada namanya pener."
"Bener itu belum tentu pener. Mereka punya hak politik dong untuk mencalonkan," ucapnya. Namun, Sudjiwo menilai, keluarga Jokowi sah ingin menjadi pemimpin, namun waktunya kurang tepat. Seharusnya dilakukan setelah Jokowi selesai menjabat seperti anak Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono yang menjadi Calon Gubernur 2017.
"Iya dong sebagai warga negara, tapi maksudku tunggu dulu setelah babe selesai jadi presiden, gitu loh maksudku," tegas Sudjiwo. "Ya mungkin kayak Agus kemarin nyalon di DKI," tanya presenter. "Ya sama, semuanya sama," kata Sudjiwo Tedjo.
Meski demikian, ia mengatakan bisa jadi akan melakukan hal yang sama dengan Jokowi tersebut. Pasalnya, di dalam dunia politik bisa mencari keamanan melalui politik dinasti. "Dan mungkin kalau aku jadi presiden, aku juga seperti Pak Jokowi sekarang."
"Karena aku harus aman kan, setelah aku lengser terus gimana kalau enggak ada dinasti?" ungkapnya. Menurut pria asal Jember ini, tetap ada kerugian dengan adanya politik dinasti. Ia tidak bisa lagi menyuruh orang lain tidak melakukan nepotisme.
"Sementara hidup demikian kejam. Tapi maksudku ada kerugiannya, aku punya kerugian aku udah enggak bisa neken kepala desa, neken petinggi, neken lurah, neken gubernur, neken menteri agar tidak nepotisme," pungkasnya.