Keputusan pemerintah menurunkan tarif pemeriksaan RT-PCR sempat memicu polemik di masyarakat. Bagaimana tidak, yang tadinya harga pemeriksaan COVID-19 ini bisa mencapai Rp 2,5 juta, kini turun drastis menjadi Rp 275 ribu.
Orang-orang curiga, saat awal wabah ini merebak, ada beberapa oknum yang aji mumpung mengeruk cuan dengan memasang tarif tes PCR setinggi-tingginya. Bagi beberapa orang, hal ini dianggap sebagai peluang bisnis. Mengingat besarnya keuntungan yang bisa diterima dari setiap tes yang berlangsung.
Memangnya berapa sih modal dan potensi cuan dari bisnis PCR?
Untuk modalnya, menurut Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Alat-alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab) Randy Teguh dibutuhkan sekitar Rp 1-2 miliar untuk membangun sebuah klinik kesehatan Swab Antigen atau tes PCR. Modal sebanyak itu dikeluarkan salah satunya untuk membeli komponen Reagen yang merupakan cairan untuk mengetahui hasil tes PCR.
Selain reagen ada banyak komponen lain yang masuk dalam ongkos tersebut di antaranya mesin tes PCR, swab stick, APD, gaji dokter dan perawat, serta biaya-biaya lain, seperti air dan listrik.
Sedangkan untuk keuntungannya bisa mencapai puluhan triliun rupiah. Setidaknya begitu menurut perhitungan Peneliti Indonesia Corruption Watch, Wana Alamsyah. Wana mengungkapkan keuntungan yang diterima penyedia tes PCR dari Oktober 2020 sampai Agustus 2021 bisa mencapai Rp 10,46 triliun.
Nilai itu belum termasuk keuntungan yang didapat oleh para importir. Apalagi alat kesehatan ditiadakan dari daftar wajib pajak selama masa pandemi ini. Bayangkan betapa besarnya keuntungan yang bisa diraup.
Dibandingkan dengan tarif yang baru-baru ini berlaku, bila melihat laporan majalah Tempo edisi 1 November 2021 yang mengutip kalkulasi Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Andani Eka Putra, bisnis PCR masih bisa cuan hingga Rp 60 ribu per uji usap, lho.
Bahkan, bisa lebih tinggi lagi bila alat pemeriksa PCR yang dipakai berasal dari China. Lantaran, sudah banyak importir alat kesehatan yang menawarkan kerja sama operasional bisnis PCR tersebut.
Anggaplah dalam 1 hari ada 100 orang yang melakukan tes PCR, maka keuntungan sehari bisa mencapai Rp 27,5 juta. Dengan modal sekitar Rp 1 miliar, pemilik bisnis PCR hanya perlu sekitar 1,5 bulan untuk balik modal. Menarik, bukan?
Bagaimana cara membangun klinik atau bisnis PCR?
Pemerintah menamai klinik PCR ini sebagai laboratorium pemeriksaan COVID-19. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/4642/2021 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pemeriksaan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) dijelaskan ada 2 jenis laboratorium pemeriksaan COVID-19 yakni laboratorium permanen dan laboratorium bergerak (mobile laboratorium).
Nah, sebelum Anda terjun ke bisnis ini, ada baiknya pilih dulu jenis laboratorium pemeriksaan COVID-19 yang ingin Anda buka. Bila memilih laboratorium permanen, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
- Pertama, gedung, setidaknya Anda harus punya 2 jenis gedung yakni gedung Biosafety Level 2 (BSL-2) dan laboratorium BSL-2.
- Kedua, soal kepemilikan Biosafety Cabinet (BSC). BSC adalah kabinet atau meja kerja tertutup dan berventilasi yang dibutuhkan di laboratorium. Kepemilikan meja kerja ini penting untuk dapat memberikan perlindungan pada saat pelaku medis menangani material-material yang memiliki potensi membahayakan seperti pathogen, material kontaminasi dan material berbahaya lainnya.
- Ketiga, kelengkapan peralatan mulai dari mikropipet, coolbox, NAAT (qRT PCR/LAMP/TCM), hingga vortex.
- Keempat, kesiapan sumber daya manusia (SDM)
- Kelima, praktik biosafety dan biosecurity.
- Keenam, soal Good Laboratory Practice.
Lalu, untuk laboratorium bergerak sendiri kurang lebih sama, namun ada beberapa syarat yang berbeda dari laboratorium permanen. Selengkapnya bisa Anda akses di https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/info-terkini/KMK%20No.%20HK.01.07-MENKES-4642-2021%20ttg%20Penyelenggaraan%20Laboratorium%20Pemeriksaan%20COVID-19-sign.pdf.
Tips membangun bisnis PCR
Setelah menimbang modal, keuntungan yang bisa diraih, dan syarat-syaratnya di atas, saatnya mempersiapkan diri terhadap perencanaan dari segi bisnisnya. Berikut tips-tipsnya:
1. Terorganisir
Untuk mencapai kesuksesan bisnis, Anda dan tim Anda perlu terorganisir. Cara terbaik untuk membuat bisnis Anda terorganisir adalah dengan membuat jadwal, daftar hadir, hingga data pasien secara digital. Banyak sekali tools atau software yang bisa membantu bisnis Anda lebih terorganisir.
2. Otomatisasi keuangan
Semua bisnis yang sukses selalu teliti terhadap seluruh catatan keuangannya salah satunya seperti invoice pembayaran atau pemasukan. Dengan begitu, Anda akan tahu di mana posisi bisnis Anda secara finansial dan tantangan potensial apa yang mungkin Anda hadapi. Mengetahui hal ini memberi Anda waktu untuk membuat strategi untuk mengatasi tantangan tersebut.
Namun, akan lebih mudah apabila seluruh catatan keuangan tersebut diotomatisasikan. Banyak tools dan software yang bisa menjadi pilihan seperti software Spenmo.
3. Analisis Kompetitor
Laboratorium pemeriksaan COVID-19 sudah menjamur di mana-mana. Untuk itu, penting bagi Anda melakukan analisis terhadap kompetitor. Untuk menjadi sukses, Anda tidak perlu takut untuk belajar dari kompetitor Anda. Tiru hal-hal baik dari kompetitor supaya bisnis Anda bisa menghasilkan lebih banyak cuan dan menjadi rujukan banyak orang.
4. Beri Pelayanan yang Terbaik
Tak hanya meniru kompetitor, akan lebih baik lagi kalau Anda bisa memberikan pelayanan yang lebih baik dari kompetitor. Ada banyak bisnis sukses yang lupa bahwa menyediakan layanan yang baik itu penting. Jika Anda memberikan layanan yang lebih baik untuk pelanggan Anda, mereka akan lebih cenderung merekomendasikan laboratorium atau bisnis PCR Anda daripada ke tempat kompetitor Anda.
Bagaimana, sudah siap membangun bisnis PCR, belum?