Seiring semakin meluasnya penyebaran virus corona COVID 19 di seluruh dunia, sejumlah negara memberlakukan kebijakan lockdown. Mengutip data live update dari laman , jumlah kasus virus corona jenis baru secara global mencapai 145.816 per Sabtu (14/3/2020). Sementara itu, angka kematian akibat COVID 19 mencapai 5.438 dan 72.550 dinyatakan sembuh.
Dari 67.828 pasien terinfeksi, sekitar 9 persen nya atau 6.082 kasus berada dalam kondisi kritis atau serius. Meluasnya penyebaran virus corona jenis baru COVID 19, sejumlah negara mengambil langkah langkah antisipasi. Mulai dari menutup sekolah sekolah, melarang digelarnya acara yang menjadi berkumpulnya orang banyak, merilis travel advice, menganjurkan kerja jarak jauh, hingga karantina nasional alias lockdown.
Mengutip laman , "lockdown" sebenarnya bukanlah istilah teknis yang digunakan para pejabat kesehatan publik. Namun, istilah ini dapat mengacu pada karantina wajib secara geografis hingga rekomendasi untuk tetap tinggal di rumah, penutupan bisnis atau usaha tertentu, atau larangan pengadaan event atau perkumpulan. Sejauh ini, ada tiga negara di dunia yang memberlakukan karantina massal paling besar dan terbatas.
Yakni, Italia, China, dan El Salvador. China memberlakukan karantina terbesar sepanjang sejarah manusia untuk menekan penyebaran virus corona jenis baru. Setidaknya, ada 16 kota yang di lockdown pada akhir Januari 2020.
Sebuah analisis CNN pada pertengahan Februari 2020 menunjukkan, hampir setengah populasi China (sekitar 780 juta orang) dikenai larangan bepergian khusus. Pada puncaknya, karantina di China meluas hingga 20 provinsi dan wilayah, menurut The Wall Street Journal (WSJ). Sementara itu, kota yang diduga sebagai asal muasal munculnya virus corona jenis baru, Wuhan, China, telah memberlakukan lockdown selama lebih dari enam minggu, sejak 23 Januari 2020.
Akses transportasi ke dan dari Wuhan diputus, ruang ruang publik juga ditutup. Hampir selama enam minggu, jalanan di Kota Wuhan sepi tanpa aktivitas dan tampak seperti kota mati. Tak lama setelah memberlakukan karantina di Wuhan, China me lockdown 15 kota lainnya, termasuk Huanggang yang berpenduduk 7,5 juta orang dan Suizhou yang berpenduduk hampir 11 juta orang.
Seiring karantina berlangsung, beberapa penduduk Wuhan mengalami kekurangan pangan. Sementara toko toko kelontong kesulitan memenuhi permintaan pengiriman barang ke rumah penduduk. Pada 24 Februari 2020, otoritas Wuhan mengumumkan, batasan karantina dilonggarkan.
Sehingga, sejumlah orang yang masih sehat boleh keluar rumah. Namun, pengumuman ini ditarik kembali beberapa jam kemudian. Menurut WHO, langkah 'pengurungan' yang dilakukan China setidaknya berhasil mengurangi lonjakan angka kasus virus corona.
"Tak diragukan lagi, pendekatan China yang berani dalam menghadapi penyebaran patogen pernafasan baru ini telah mengubah statusnya dari eskalasi yang begitu cepat dan berlanjut menjadi epidemik mematikan," kata seorang epidemiologis sekaligus dokter dari Kanada, Bruce Aylward. Bruce Aylward belum lama ini dikirim ke China sebagai delegasi untuk menginspeksi upaya karantina di China. Namun, sebuah penelitian menunjukkan larangan bepergian di Wuhan hanya memperlambat penyebaran domestik virus corona selama tiga atau lima hari.
Sebab, ada kasus lain yang muncul di kota kota lain di saat yang bersamaan dengan lockdown di Wuhan. Kini, angka kemunculan kasus baru virus corona COVID 19 di China mengalami penurunan, tetapi hal ini tidak terjadi di negara lain. Lockdown seluruh wilayah negeri Italia diberlakukan mulai Selasa (10/3/2020) lalu, menjadikannya sebagai negara di luar China yang melakukan lockdown terbesar.
Kebijakan ini mempengaruhi sekitar 60 juta penduduk negara tersebut. Segala aktivitas seperti perdagangan ritel, hiburan, keagamaan/ibadah, dan bepergian, ikut terdampak. Virus corona jenis baru COVID 19 di Italia telah menewaskan 1.266 orang dan kasusnya bertambah menjadi 17.660 per Sabtu (14/3/2020), berdasarkan live update .
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte menggambarkan kebijakan karantina ini sebagai "Saya tinggal di rumah," menurut BBC. Event event olahraga besar, sekolah dan universitas, museum, pusat kebudayaan, kolam renang, dan spa di seluruh negeri ditutup. Sementara transportasi publik dan bandara masih beroperasi, hanya kegiatan bepergian yang penting yang diperbolehkan.
Orang yang ingin bepergian untuk alasan pekerjaan atau keluarga harus mendapat izin dari pihak kepolisian. Pembatasan dalam kebijakan karantina nasional di Italia juga mencakup penangguhan pembayaran hipotek, larangan kunjungan keluarga tahanan, dan pekerja bidang kesehatan diminta untuk membatalkan liburan. PM Giuseppe Conte juga mengatakan, restoran, toko, dan kafe masih bisa buka hingga pukul 6 sore, jika bisa menjamin jarak antar pelanggannya setidaknya sejauh tiga kaki.
Namun, pada Rabu (11/3/2020), PM Giuseppe Conte mengumumkan, semua toko kecuali toko kebutuhan sehari hari (kelontong) dan apotek harus tutup. Presiden El Salvador mengumumkan peringatan oranye atau Alerta Naranja (Orange Alert) pada Rabu (11/3/2020). Langkah dalam peringatan oranye mencakup karantina nasional pada negara berpenduduk 6,4 juta orang tersebut.
Kemudian, sekolah sekolah diliburkan, dan karantina 30 hari bagi penduduk El Salvador yang baru kembali dari luar negeri. Selain itu, ada pula larangan bagi orang asing untuk memasuki wilayah El Salvador dan melarang pengadaan acara yang melibatkan lebih dari 500 orang. Sejauh ini, El Salvador memang belum mengonfirmasi adanya kasus virus corona jenis baru COVID 19.
"Saya tahu, hal ini akan dibanjiri kritikan, tetapi cobalah untuk menempatkan diri kita di posisi seperti apa yang dialami Italia. Italia berharap pihaknya melakukan langkah ini jauh sebelum (wabah merebak, red.)," kata Presiden El Salvador, Nayib Bukele, dalam sebuah pidato nasional pada Rabu (11/3/2020). "Sistem kesehatan di negara kita tidak seperti Italia maupun Korea Selatan," pungkasnya.